Latar
Belakang
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia
telah lama dilakukan. Dalam setiap GBHN dan REPELITA selalu tercantum bahwa
peningkatan mutu merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang
pendidikan. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan.
Namun demikian berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan masih belum
meningkat secara signifikan. NEM SD sampai Sekolah Menengah relatif rendah dan
tidak mengalami peningkatan yang berarti. Dari sisi perilaku keseharian siswa,
banyak terjadi ketidak kepuasan masyarakat. Tawuran antar siswa kini sudah
menjadi berita biasa. Tawuran kini sudah menjalar sampai ke SLTP di kota
kabupaten. Dari dunia usaha juga muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki
dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Ketidakpuasan berjenjang
juga terjadi, kalangan SLTP merasa bekal lulusan SD kurang baik untuk memasuki
SLTP, kalangan SLTA merasa lulusan SLTP tidak siap mengikuti pembelajaran di
Sekolah Menengah, dan kalangan perguruan tinggi merasa bekal lulusan SLTA belum
cukup untuk mengikuti perkuliahan.
Kini juga muncul gejala lulusan SLTP dan SLTA banyak
yang menjadi pengangguran di pedesaan, karena sulitnya mendapatkan pekerjaan.
Sementara itu, mereka merasa malu jika harus membantu orangtuanya sebagai
petani atau pedagang. Terkait dengan itu, studi Blazely dkk. (1997) melaporkan
bahwa pembelajaran di sekolah cenderung sangat teoretik dan tidak terkait
dengan lingkungan di mana anak berada. Akibatnya peserta didik tidak mampu
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan seakan mencabut peserta
didik dari lingkungannya sehingga menjadi asing di masyarakatnya sendiri.
Hasil penilaian terhadap HDI maupun hasil survai
TIMSS-R 1999 dan PERC dengan 17 indikatornya, serta fenomena yang ditemukan di
tanah air perlu direnungkan secara sungguh-sungguh. Fakta itu menunjukkan bahwa
upaya peningkatan mutu yang selama ini dilakukan belum mampu memecahkan masalah
dasar pendidikan di Indonesia. Pada hal pendidikan yang bermutu merupakan
syarat pokok untuk peningkatan mutu SDM dalam memasuki era kesejagatan. Sejarah
menunjukkan negara yang memperhatikan mutu pendidikan ternyata mengalami
perkembangan yang mengagumkan, seakan membuktikan bahwa hasil pendidikan berupa
sumberdaya manusia yang bermutu, menjadi modal dasar yang sangat kokoh bagi
perkembangan suatu negara. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah
penyempurnaan yang mendasar, konsisten dan sistematik.
Untuk maksud tersebut, pendidikan perlu dikembalikan
kepada prinsip dasarnya, yaitu sebagai upaya untuk memanusiakan manusia
(humanisasi). Pendidikan juga harus dapat mengembangkan potensi dasar peserta
didik agar berani menghadapi problema yang dihadapi tanpa rasa tertekan, mampu
dan senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi. Pendidikan
juga diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk memelihara diri sendiri,
sambil meningkatkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat dan
lingkungannya.
Di samping itu perlu dikembangkan kesadaran bersama
bahwa: (1) komitmen peningkatan mutu pendidikan merupakan bagian dari upaya
untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia, baik sebagai pribadi-pribadi maupun
sebagai modal dasar pembangunan bangsa, merupakan langkah strategis pembangunan
nasional, sebagaimana diamanatkan oleh pembukaan Undang-undang Dasar 1945, dan
(2) pemerataan daya tampung pendidikan harus disertai pemerataan mutu
pendidikan, sehingga mampu menjangkau seluruh masyarakat.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa sangat diperlukan
pola pendidikan yang dengan sengaja dirancang untuk membekali peserta didik
dengan kecakapan hidup, yang secara integratif memadukan kecakapan generik dan
spesifik guna memecahkan dan mengatasi problema kehidupan. Pendidikan haruslah
fungsional dan jelas manfaatnya bagi peserta didik, sehingga tidak sekedar
merupakan penumpukan pengetahuan yang tidak bermakna. Pendidikan harus
diarahkan untuk kehidupan anak didik dan tidak berhenti pada penguasaan materi
pelajaran.
Secara internasional, sejak 1 Januari 2003 AFTA
( Asean Free Trade Area ) dan AFLA ( Asean Free Labour
Area ) telah dimulai, yang berarti sejak saat itu persaingan tenaga
kerja akan menjadi terbuka. Konsekuensinya tenaga kerja kita harus mampu
bersaing secara terbuka dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara. Jika
tidak, maka tenaga kerja Indonesia akan tersisih oleh tenaga kerja asing dari
negeri jiran Malaysia, Philipina, Bangladesh, India, dan sebagainya, sehingga
menjadi “penonton” di negeri sendiri. Pada hal selama ini tenaga kerja
Indonesia belum mampu bersaing dengan tenaga kerja asing. Sekali lagi bidang
pendidikan perlu secara aktif berperan mempersiapkan calon tenaga kerja agar
mampu bersaing dengan rekan mereka dari negara lain.
Selain itu banyak ahli menyebutkan bahwa era informasi
kini telah menggantikan era industri. Secara timbal balik dengan perkembangan
ipteks, era informasi ternyata mampu mengubah pola kehidupan dan mempercepat
pekerjaan. Orang kini harus siap menghadapi kenyataan bahwa pekerjaan yang
ditekuni mengalami perubahan dan memerlukan peningkatan kecakapan untuk
menanganinya. Bersamaan dengan itu, era kompetisi yang cenderung
individualistik kini sudah bergeser ke era komunalitas, yang memerlukan
kesadaran untuk saling mengerti dan saling membantu. Oleh karena itu,
pendidikan kini juga harus memperhatikan perkembangan tersebut.
1.1 Pengertian Life Skills
Kecakapan hidup (Life Skill)
yaitu kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian
secara proaktif dan kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.
Pengertian kecakapan hidup lebih
luas dari keterampilan vokasional atau keterampilan untuk bekerja. Orang yang
tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pensiun, tetap
memerlukan kecakapan hidup. Seperti halnya orang yang bekerja, mereka juga
menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan. Orang yang sedang menempuh
pendidikan pun memerlukan kecakapan hidup , karena mereka
tentu juga memiliki permasalahannya sendiri. Bukankah dalam hidup ini, di
manapun dan kapanpun, orang selalu menemui masalah yang memerlukan pemecahan?
Malik fajar (2002) mengatakan bahwa life skill adalah
kecakapan yang dibutuhkan untuk bekerja selain kecakapan dalam bidang akademik.
Sementara itu team Broad Base Education depdiknas mendefinisikan bahwa life
skill adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani dan mau menghadapi
segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif sehingga dapat
menyelesaikannya.
Sedangkan Slamet PH mendefinisikan life skill adalah
kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk
menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kecakapan tersebut
mencakup segala aspek sikap perilaku manusia sebagai bekal untuk menjalankan
kehidupannya.
Menurut
definisi World Health Organization (WHO), life skills atau ketrampilan hidup
adalah kemampuan untuk berperilaku yang adaptif dan positif yang membuat
seseorang dapat menyelesaikan kebutuhan dan tantangan sehari-hari dengan
efektif. Definisi itu adalah menurut World Health Organization (WHO).
Berikut
ini beberapa kelompok ketrampilan yang termasuk life skills menurut UNICEF dan
UNESCO:
1. LEARNING TO KNOW: Cognitive abilities
a.
Ketrampilan memecahkan masalah dan membuat keputusan
§
Ketrampilan
mengumpulkan informasi
§
Ketrampilan
mengevaluasi dampak pada masa depan dari keputusan yang dilakukan pada saat ini
pada diri sendiri dan orang lain
§
Ketrampilan
menentukan solusi alternatif untuk sebuah masalah
§
Ketrampilan melakukan
analisis terhadap pengaruh nilai dan sikap diri & orang lain mengenai
motivasi
b.
Ketrampilan berfikir kritis (critical thinking)
§
Ketrampilan menganalisis
pengaruh sebaya dan media
§
Ketrampilan
menganalisis sikap, nilai, norma-norma sosial, dan keyakinan; dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya
§
Ketrampilan
mengidentifikasi informasi yang relevan dan sumber-sumber informasi
2. LEARNING TO BE: Personal
abilities
a.
Ketrampilan meningkatkan pusat kontrol internal
§ Kepercayaan diri (self-esteem) dan ketrampilan
membangun kepercayaan diri (confidence)
§ Ketrampilan sadar-diri (self-awareness skills),
termasuk kesadaran akan hak, pengaruh, nilai-nilai, sikap, kekuatan, dan
kelemahan
§ Ketrampilan menentukan tujuan (goal-setting skills)
§ Ketrampilan evaluasi diri, penilaian diri, dan
monitoring diri
b.
Ketrampilan mengelola perasaan
§ Ketrampilan mengelola amarah (anger management)
§ Ketrampilan mengelola keluhan dan keresahan
§ Ketrampilan mengelola kehilangan, penghinaan (abuse),
dan trauma
c.
Ketrampilan mengelola stress
§ Ketrampilan manajemen waktu
§ Ketrampilan berfikir positif
§ Menguasai teknik-teknik relaksasi
3. LEARNING TO LIVE TOGETHER: Interpersonal
abilities
a.
Ketrampilan komunikasi interpersonal
§ Komunikasi verbal dan nonverbal
§ Ketrampilan mendengarkan aktif
§ Ketrampilan mengekspresikan perasaaan; memberikan
umpan balik (tanpa menyalahkan) dan menerima umpan balik
b.
Ketrampilan negosiasi dan menolak
§ Negosiasi dan manajemen konflik
§ Ketrampilan bersikap asertif
§ Ketrampilan menolak
c. Ketrampilan berempati
§ Kemampuan mendengarkan dan memahami kebutuhan dan
kondisi orang lain dan mengekspresikan pengertiannya.
d. Kerjasama dan kerja kelompok
§ Ketrampilan mengekspresikan penghargaan atas
kontribusi orang lain dan gaya yang berbeda-beda.
§ Ketrampilan menilai kemampuan diri dan berkontribusi
pada kelompok
e. Ketrampilan advokasi
§ Ketrampilan mempengaruhi orang lain (influence) dan
melakukan persuasi
§ Ketrampilan membangun jaringan dan memotivasi orang
lain
Kecakapan hidup yang bersifat
spesifik (specific life skill/SLS) diperlukan seseorang untuk menghadapi
problema bidang khusus tertentu. Untuk mengatasi problema “mobil yang mogok”
tentu diperlukan kecakapan khusus tentang mesin mobil. Untuk memecahkan masalah
dagangan yang tidak laku, tentu diperlukan kecakapan pemasaran . Untuk mampu
melakukan pengembangan biologi molekuler tentunya diperlukan keahlian di bidang
bio-teknologi.
Kecakapan hidup spesifik
biasanya terkait dengan bidang pekerjaan (occupational), atau bidang kejuruan
(vocational) yang ditekuni atau akan dimasuki. Kecakapan hidup seperti itu
kadang-kadang juga disebut dengan kompetensi teknis ( technical competencies )
dan itu sangat bervariasi, tergantung kepada bidang kejuruan dan pekerjaan yang
akan ditekuni. Namun demikian masih ada, kecakapan yang bersifat umum,yaitu
bersikap dan berlaku produktif (to be a productive people). Artinya, apapun
bidang kejuruan atau pekerjaan yang dipelajari, bersikap dan berperilaku
produktif harus dikembangkan. Bidang pekerjaan biasanya dibedakan menjadi
pekerjaan yang lebih menekankan pada keterampilan manual dan bidang pekerjaan
yang menekankan pada kecakapan berpikir. Terkait dengan itu, pendidikan
kecakapan hidup yang bersifat spesifik juga dapat dipilah menjadi
kecakapan akademik (academic skill) dan kecakapan vokasional (vocational skill)
1.2 Tujuan & Manfaat
Tujuan
Secara umum
pendidikan kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan
fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk menghadapi
perannya di masa datang. Secara khusus pendidikan yang berorientasi pada
kecakapan hidup bertujuan untuk:
- Mengaktualisasikan potensi
peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang
dihadapi;
- Merancang pendidikan agar
fungsional bagi kehidupan peserta didik dalam menghadapi kehidupannya di
masa datang;
- Memberikan kesempatan kepada
sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan
prinsip pendidikan berbasis luas, dan;
- Mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan
sumberdaya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah .
- Pemanfaatan sumber daya di
lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang
ada di masyarakatr, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
- Mengembangkan potensi manusiawi
peserta didik menghadapi perannya dimasa mendatang.
- Membebankan pembelajaran
yang fleksibel dan memanfaatkan potensi SDM yang ada di masyarakat
dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
- Membekali peserta didik dengan
kecakapan hidup debagai pribadi yang mandiri.
Manfaat
Secara umum manfaat
kecakapan hidup adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema
hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat,
maupun sebagai warga negara. Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor
ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada dapat diturunkan,
yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.
Manfaat yang
diharapkan dari pendidikan life skill ada dua, yang pertama adalah manfaat bagi
pribadi peserta didik, sedang yang kedua adalah manfaat bagi lingkungan dimana
peserta didik itu berada atau bagi masyarakat luas. Manfaat bagi pribadi
peserta didik diantaranya adalah pendidikan life skill dapat meningkatkan
kualitas berpikir, kualitas kalbu dan kualitas fisik. Bagi masyarakat
pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan madani
dengan indikator-indikator adanya : peningkatan kesejahteraan sosial,
pengurangan perilaku destruktif sehingga dapat mereduksi masalah-masalah sosial
dan pengembangan masyarakat yang secara harmonis mampu memadukan nilai-nilai
religi, teori, solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa)
1.3 Hasil Yang Diharapkan
Slamet PH, memberikan harapan-harapan yang ingin
dicapai dalam penerapan pendidikan life skill diantara harapan tersebut adalah
:
·
Setelah mendapat
pendidikan life skill peserta didik mempunyai aset kualitas batiniyah, sikap
dan perbuatan yang siap menghadapi perkembangan masa depan.
·
Peserta didik
memiliki wawasan perkembangan karir, sehingga mampu memilih, memasuki, bersaing
dan maju dalam dunia kerja.
·
Peserta didik
memiliki kemampuan untuk survival dalam kemandiriannya dan belajar tanpa
bimbingan.
·
Peserta didik
memiliki tingkat kemandirian, keterbukaan, kerjasama dan akuntabilitas
yang menjadi sikap mentalnya sehingga mampu hidup bahagia ditengah-tengah
perkembangan zaman.
·
Peserta didik
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar