Selasa, 26 September 2017

Profil Karyawan Hotel

PENDAHULUAN

Keberhasilan suatu usaha sangat tergantung kepada hasil penjualan. Demikian juga dengan usaha perhotelan yang merupakan salah satu mata rantai dalam industri pariwisata. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa penjualan hanya akan berhasil bila kita mengetahui dengan baik apa yang dibutuhkan oleh pembeli. Dengan mendapatkan informasi yang lengkap mengenai kebutuhan pembeli maka kita akan dapat menen tukan kebijaksanaan usaha yang sesuai dengan kebutuhan pasar yang berarti bahwa kita mengetahui apa leinginan, kebutuhan, perilaku dan kecenderungan membeli dari pada pasar yang ada.

Berbicara mengenai pembeli atau pasar maka pengertiannya dapat dikatakan sebagai berikut :
1.    Pembeli adalah orang penting yang sangat menentukan dalam suatu usaha
2.    Pembeli tidak terikat pada kita tetapi justru sebaliknya.
3.    Pembeli jangan dianggap sebagai hambatan tetapi merupakan tujuan.
4.    Pembeli yang datang  keperusahaan kita sudah dapat dianggap memberikan bantuan apapun.
5.    Pembeli adalah merupakan bagian penting yeng tidak terlepas dari usaha kita jadi bukan orang luar.
6.    Pembeli bukan hanya berarti uang melainkan manusia yang mempunyai perasaan yang harus dilayani dengan sebaik – baiknya.
7.    Pembeli adalah sumber kehidupan usaha kita dimana tanpa mereka usaha tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.

Sesuai dengan batasan yang ada hotel adalah usaha yang menyediakan jasa dalam bentuk akomodasi, makanan dan minuman, serta produk lain yang pada dasarnya dapat dikelompokan kedalam produk yang “tangible” dan “itangible”.
Yang dimaksud dengan produk yang  “itangible” adalah produk yang dapat dilihat oleh tamu dan mereka harus membayar untuk mendapatkannya, seperti misalnya: kamar, makanan dan minuman, laundry, ruang rapat, fasilitas sport dan rekreasi, hiburan, toko dan perkantoran, peralatan yang disewwakan, staff ahli (sekretaris), telepon, dan telex serta fasilitas – fasilitas lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang – undangan.
            Sedang yang dimaksud dengan produk yang “intangible” adalah produk yang tidak dapat dilihat oleh tamu tapi dapat dirasakan, dan untuk mendapatkannya meraka tidak usah membayar, seperti misalnya : pelayanan dari karyawan hotel, keamanan dan sebagainya.

Setiap tamu yang datang kehotel mempunyai motivasi yang berbedasatu sama lain, sesuai dengan motivasi mereka dalam bepergian yang dapat dibedakan sebagai berikut :
a.    Motivasi Umum ; Berbeda jauh darirumah
b.    Motivasi Khusus ; Harga elastis (bisnis, rapat, konferensi), Harga inelastis (liburan, kunjungan keluarga, lain-lain; pendidikan, olahraga, kesehatan, agama, belanja, gengsi, penyesuaian)
                                   




















PERSYARATAN KARYAWAN HOTEL

Hotel merupakan suatu unit usaha dimana didalamnya terdiri dari beberapa bagian yang disebut department. Setiap department memiliki karyawan yang harus mnemenuhi persyaratan yang sudah ditentukan oleh perusahaan dan ini berbeda sesuai dengan fungsi masing – masing department tersebut.
Namun demikian, neraca umum setiap karyawan hotel harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.    Bersedia untuk mealayani orang lain
b.    Memiliki pengetahuan, keterampilan dan perilaku sesuai dengan bidang pekerjaanya.
c.    Memiliki rasa dan tanggung jawab terhadap perusahaan
d.    Memiliki kesadaran bahwa karir pekerjaannya sangat tergantung kepada keberadaan tamu di hotel

Persyaratan tersebut diatas perlu dipenuhi bukan saja demi keberhasilan uasaha yang dijalankan melainkan juga demi pengembangan karir karyawan itu sendiri. Secara lebih luas persyaratan karyawan dapat diterangkan sebagai berikut :
a.    Kebersihan Diri
Hal ini merupakan suatu yang sangat penting bagi karyawan hotel terutamasekali bagi mereka yang berhubungan langsung dengan tamu serta makanan dan minuman.
b.    Pengetahuan Mengenai Bidang Pekerjaannya.
Hal ini diperlukan demi kelancaran pelaksanaan tugas karyawan dan lebih utama bagi demi baiknya pelayanan terhadap tamu sehingga tamu merasa puas.
c.    Tepat Waktu
Karyawan yang sering datang terlambat ketempat kerja menunjukan bahwa      dia sudah tidak lagi memperhatikan pekerjaannya disamping kurangnya rasa “respect” terhadap pimpinan.
d.    Kepribadian
Karyawan hotel harus dapat bersikap taktis, ramah, memiliki rasa humor yang baik serta tidak tempramental. Dia harus mampu berhubungan dengan tamu dalam suasanan yang menyenangkan dengan sikap berbicara yang baik disertai senyum pada waktu yang tepat. Dengan kepribadian yang demikian, maka karyawan sudah membantu pimpinan dan perusahaannya karena dia merupakan “salesman” yang baik.
e.    Sikap Terhadap Tamu
Pendekatan yang tepat terhadap tamu jangan diartikan sebagai terlalu merendahkan diri sehingga karyawan bersikap sebagai budak. Karyawan hotel harus dapat mengantisipasi apa yang diinginkan dan diharapkan oleh tamu. Perhatian yang seksama harus selalu diberikan kepada tamu selama mereka tinggal dihotel tanpa karyawan merasa bosan sebab ada kalanya tamu yang dihadapi adalah orang yang sulit untuk dipuaskan.
f.     Daya Ingat
Dengan memiliki daya ingat yang baik maka hal ini akan dapat lebih meningkatkan lagi pelayanan terhadap tamu hotel.
g.    Kejujuran
Karyawan harus jujur tidak hanya terhadap tamu tetapi juga terhadap pimpinan. apabila terdapat rasa saling mempercayai antara karyawan, tamu dan pimpinan maka hal ini akan dapat menciptakan suasanan kerja yang menyenangkan yang pada gilirannya akan dapat menimbulkan efesiensi dan semangat kerjasama yang baik antara para karyawan.
h.    Pengetahuan Umum
Agar supaya karyawan mampu mengimbangi pembicaraan dengan tamu maka diperlukan pengetahuan umum yang memadai terutama sekali pengetahuan lokal mengenai tempat/ daerah dimana dia bekerja.

Selain persyaratan tersebut diatas, beberapa persyaratan “khusus” yang harus dipenuhi oleh karyawan hotel adalah sebagai berikut :
a.    Tinggi badan
b.    Tidak cacat rohani/ jasmani
c.    Berbadan sehat
d.    Bebas alkohol, narkotika dan obat – obatan
e.    berpenampilan menarik
f.     Tidak memelihara kumis, janggut serta cambang


KEBERSIHAN DIRI DAN LINGKUNGAN

Kuman atau bakteri umumnya juga terdapat pada tubuh kita dan dapat dipindahkan ketempat/ benda lain dengan melalui sentuhan. Oleh sebab itu kebersihan badan adalah sangat penting untuk dapat mencegah menyebarnya kuman atau bakteri, terutama pada waktu kita memegang makanan.

3.1. Kebersihan Diri (Personal Cleanliness)
Perhatian terhadap diri sendiri adalah sangat diperlukan serta mempunyai arti  yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja pada setiap bagian dihotel yang berhubungan langsung dengan pelayanan tamu (terutama pada bagian makanan). Hal ini disebabkan karena kebanggaan seseorang akan bercermin dari kebersihan diri yang tinggi dan juga kesehatan phisiknya.
a.    Mandi (Bathing)
Mandi secara kontinu dan teratur adalah sangat diperlukan, oleh karena itu bila seseorang tidak berusaha untuk membersihkan badannya dengan mandi secara kontinu dan teratur, maka kuman atau bakteri dapat mudah berkembang biak serta mudah berpindah ketempat lain seperti makanan.
b.    Tangan (Hands)
Pada waktu kita sedang ataupun selesai melaksanakan suatu pekerjaan membersihkan kamar, usahakanlah tangan kita harus tetap dalam keadaan bersih. Bersih dalam arti bebas dari segala jenis kuman dan bakteri. Oleh sebab itu cucilah selalu tangan anda baik sebelum ataupun sesudah bekerja.
c.    Rambut (Hair)
Rambut harus dipelihara dengan baik dengan mencucinya secara teratur dan harus selalu tersisir dengan rapi. Rambut yang tidak terpelihara dengan baik seperti tidak/ jarang dicuci, terlalu panjang serta tidak tersisir rapi akan cepat mendatangkan ketombe dan ketombe tersebut akhirnya akan beterbangan kemana – mana pada waktu kita bekerja, dan ini berarti dapat menyebarkan kuman atau bakteri.
d.    Mulut dan Gigi (Mouth and Tooth)
Ada bnyak terdapat kuman – kuman da bakteri disekitar mulut dan gigi, oleh sebab itu mulut dan gigi harus selalu dijaga dalam keadaan bersih. Dan apalagi terdapat gigi yang rusak cepatlah datang kedokter gigi untuk diobati atau disembuhkan.
e.    Merokok (Smoking).
Janganlah merokok pada waktu saudara bekerja/ memberihkan kamar atau ruangan. Asap yangmengepul didalam ruangan disamping menggangu kesehatan juga kuman dan bakteri yang berasal dari mulut akan cepat menyebar melalui perantaraan rokok atau jari – jari tangan keruangan/ kamar.

3.2. Kebersihan Lingkungan (Housekeeping Environmental Sanitation
Bila kita mengabaikan perawatan kebersihan pada setiap bagian ruangan, hal ini akan menimbulkan kesan yang jelek terhadap lingkungannya. Pada dasarnya kebersihan lingkungan adalah sangat penting baik untuk tamu ataupun kita yang bekerja.
a.   Kebersihan Area Pekerjaan (Cleanliness of work areas)
Sudah menjadi suatu kewajiban bahwa para karyawan harus selalu menjaga agar area/ tempat bekerjanya selalu dalam keadaan bersih, kotoran – kotoran seperti sisa – sisa makanan/ minuman yang terdapat dilantai harus segera dibersihkan. Hal ini karena disamping untuk menghindarkan pendangan yang kurang sedap juga dapat menyebabkan para pekerja terpeleset.
b.   Kebersihan dan Sanitasi Locker dan Kamar Mandi Karyawan (Cleanliness
and Sanitation of Employee Locker and Rest Room)
Standard kebersihan para karyawan baik dalam berpakaian maupun dalam menggunakan fasilitas locker dan kamar mandi harus selalu diperhatikan. Standard kebersihan yang digunakan untuk kamar – kamar tamu juga harus digunakan untuk locker dam kamar mandi para karyawan.
·         Pengecekan terhadap standard kebersihan locker dan kamar mandi para karyawanharus dilakukan secara rutin setiap hari/ saat. Membersihkan lantai ataupun jamban secara reguler setiap hari adalah merupakan bagian dari perawatan kebersihan dan sanitasi.
·         Locker biasanya juga dipergunakan sebagai tempat beristirahat para karyawan dan pada umumnya dilocker inilah karyawan diperbolehkan merokok, oleh sebab itu asbak dan tempat sampah harus tersedia dalam jumlah yang cukup.

c.   Ruangan Makan Karyawan (Employee Eating Areas )
Standard kebersihan dan kesehatan tinggi harus digunakan diruangan tersebut, oleh sebab itu partisipasi dari seluruh karyawan sangan diperlukan. 
d.   Ventilasi
Untuk mendapatkan sirkulasi udara yang baik, maka diperlukan lubang udara/ jendela yang cukup, kipas angin atau ventilator. Dan agar supaya mendapatkan sirkulasi udara yang bersih dan segar, maka lubang udara/ jendela, kipas angin ataupun ventilator yang ada harus selalu dalam keadaan bersih bebas debu. Apabila alat – alat tersebut sangat kotor oleh debu, maka debu yang banyak mengandung kuman atau bakteri akan tersebar keseluruh ruangan tersebut menjadi tak sehat. Bila digunakan lobang angin/ jendela sebagai ventilator, maka lebih baik lobang angin/ jendela tersebut dipasang tambahan kawat – kawat untuk mencegah masuknya serangga dan debu yang berlebihan.
e.   Penerangan
Penerangan yang baik adalah sangat penting artinya bagi karyawan yang bekerja. Oleh sebab itu bagi setiap petugas hotel yang sedang bekerja usahakan ruangan atau kamar tersebut dalam keadaan terang (penerangan yang cukup). Dengan demikian setiap bagian yang kotor dapat terlihat dengan mudah
f.    Toilet dan Sink (Toilet and Sink)
Walaupun jamban (toilet) dan sink (tempat mencuci alat – alat pembersih) disediakan untuk para karyawan, oleh karena sering sekali dipergunakan akan cepat menjadi kotor. Oleh sebab itu pengecekan kebersihan dan pelaksanaan pembersihannya harus sering dilakukan.
g.   Lantai (Floor)
Suatu ruangan yang sibuk sepertoi lobby akan sering/ cepat menjadi kotor, oleh sebab itu ruangan tersebut harus menggunakan jenis lantai yang kuat dan mudah dibersihkan.
h.  Dinding (Walls)
Dinding yang dipergunakan pada ruangan yang sibuk harus kuat dan mudah/ dapat dicuci serta lebih baik menggunakan warna yang terang (light color). Pengcekan kebersihan harus sering dilakukan. Cucilah dinding apabila sudah kotor.
i.    Langit – Langit Rumah (Ceilings)
Lagit – langit rumah (Ceilings) harus dicegah dari keretakan – keretakan dan lebih baik langit – langit rumah yang rata sehingga tidak mudah menyimpan debu.
j.     Pintu dan Jendela (Doors and Windows)
Pintu dan jendela harus selalu dalam keadaan bersih tidak berdebu dan leabih baik bila mudah/ dapat dicuci. Demikian pula bagian kaca jendela juga harus bersih agar sinar/ cahaya dari luar dapat masuk/ menembus sehingga kan memberikan penerangan yang baik.

Jadi pemerintah Indonesia seharusnya bisa membuat program yang dapat memajukan warganya Menjadi tenaga kerja yang memiliki kemampuan lebih tinggi, fleksibel, dan fokus pada industri, Membuat Lembaga uji dan sertifikasi harus dapat menjamin kualitas tenaga kerja Indonesia, serta menambah Institusi pendidikan dan pelatihan yang memiliki kemampuan berprestasi tinggi

Hal-hal yang harus dimiliki seorang Hotelier :
1.         Sikap (Attitude) dan Kesan Pertama (First Impression) yang harus dimiliki seorang Hotelier di lingkungan kerja :
Ø Grooming yang baik.
Ø Ramah Tamah.
Ø Sopan santun.
Ø Mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja.
Ø Bersungguh-sungguh dalam bekerja.
Ø Peduli dengan keadaan.
Ø Sigap dalam segala keadaan.
Ø Tangguh dalam bekerja.
Ø Empati kepada tamu.
Ø Percaya diri.
Ø Disiplin.

2.      Kecakapan yang harus dimiliki seorang Hotelier
Ø Keterampilan & Kemampuan melakukan pekerjaan
Ø Kemampuan mengoperasikan peralatan kerja
Ø Mahir melakukan pekerjaan dalam mengerjakan tugas
Ø Menguasai pekerjaan dalam keadaan darurat

3.      Karakter-Karakter yang harus dimiliki seorang Hotelier
Ø Keahlian bersosialisasi
Ø Mudah beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan
Ø Serta seorang Hotelier juga harus memperhatikan & mempelajari :
o   Peraturan dan Tata Tertib yang berlaku di lingkungan industri tempat dia bekerja.
o   Standart dalam melakukan pekerjaan.
o   Etos kerja yang tinggi.
o   Disiplin.
o   Jujur.
o   Berbudi pekerti.
o   Beretika (memiliki sopan santun).
o   Dapat berinteraksi dengan kelompok sosial budaya yang berbeda.
o   Dapat berkomunikasi dengan baik.
o   Memiliki prilaku dan kepribadian yang baik secara pribadi maupun umum.

4.     Seorang Hotelier juga harus memiliki Pengetahuan atau Wawasan (Knowledge) mengenai :
Ø Visi dan Misi Perusahaan
Ø Tata Tertib Perusahaan
Ø Oblek Wisata di daerah sekitar hotel atau di daerah provinsi tempat hotel tersebut berada
Ø Sosial dan  Budaya yang berada di sekitarnya
Ø Karakteristik tamu (guest) dari berbagai suku bangsa atau negara
Ø Etika dan Hukum yang berlaku di daerah tersebut
Ø Fungsi manajemen di industri Hospitality

Serta seorang Hotelier harus memiliki 4 kopetensi yang akan membuatnya lebih kopeten dari karyawan lainnya, yaitu :
1.  Memiliki sikap dan perilaku yang baik
2.  Memiliki Keterampilan atau Kemahiran dalam bekerja
3.  Memiliki Pengetahuan yang luas
4.  Serta yang paling penting adalah Memiliki Karakter yang Kuat ( Sifat, Budi Pekerti, Tabiat, dan Watak) yang baik, seperti memiliki Karakter :
o  Bertanggung Jawab dengan pekerjaannya
o  Memiliki antusias yang tinggi dalam menjalankan pekerjaan
o  Memiliki komitmen yang tinggi
o  Serta harus konsisten dengan apa yang dikerjakannya.
karena kompetensi 1 sampai 3 tidak akan berjalan dengan lancar dan menghasilkan sesuatu yang baik tanpa dilengkapi dengan kompetensi ke4, dan kompetensi ke 4 lah yang akan menentukan hasil dari pekerjaan yang telah kita lakukan sebelumnya.



















Etika Dalam Dunia Bisnis Perhotelan
Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan perhotelan yang seimbang, selaras dan serasi.

Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etik didalam bisnis perhotelan sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Mengapa?
Dunia bisnis, tidak ada yang menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak pada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis perhotelan tadi tidak akan pernah bias terwujud. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam bisnis perhotelan yang menjamin adanya kepedulian anatara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.



Dalam menciptakan etika bisnis perhotelan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
Ø Pertama, pengendalian diri. Para pelaku bisnis perhotelan dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis perhotelan itu sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis perhotelan, tetapi penggunaanya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang “etis”.
Ø Kedua, Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (social responbility). Pelaku bisnis perhotelan disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis perhotelan untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis perhotelan dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis perhotelan harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tangguing jawab terhadap masyarakat sekitarnya.
Ø Ketiga, Memiliki sikap (Mempertahankan Jati Diri Dan Tidak Mudah Untuk Terombang-ambing Oleh Pesatnya Perkembangan Informasi Dan Teknologi). Bukan berarti etika bisnis perhotelan anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
Ø Keempat, Menciptakan Persaingan Yang Sehat. Persaingan dalam dunia bisnis perhotelan perlu untuk menghasilkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaiknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis perhotelan besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis perhoteln tersebut.
Ø Kelima, Menerapkan Konsep “Perkembangan Berkelanjutan”. Dunia bisnis perhotelan seharusnya tidak memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis perhotelan dituntut tidak meng-“eksploitasi” lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa dating walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
Ø Keenam, Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi). Jika pelaku bisnis perhotelan sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi, dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
Ø Ketujuh, Mampu Menyatakan Yang Benar Itu Benar. Artinya, kalau pelaku bisnis perhotelan itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bias dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
Ø Kedelapan, menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah. Untuk menciptakan kondisi bisnis perhotelan yang “Kondusif” harus ada saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar penguisaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.
Ø Kesembilan, konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama. Semua konsep etiak bisnis perhotelan yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tesebut. Mengapa? Seandainya semua etika bisnis perhotelan telah disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis perhotelan itu akan “gugur” satu demi satu.
Ø Kesepupuluh, menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbinis.
Ø Kesebelas, perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan. Hal ini untuk menjamin kepastian hokum dari etika bisnis perhotelan tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis perhotelan yang bermoral dan beretika saat sejkarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis perhotelan serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin itu akan dapat diatasi, serta optimis salah satu kendala dalam menghadapi tahun 2010 dapat diatasi.
Etika Di Bidang Perhotelan Bagian Front Office
Berikut ini, diuraikan sejumlah contoh etika dibagian Front Office perhotelan antara lain: (i) etika menyambut tamu; (ii) etika berkomunikasi menerima telepon; (iii) etika pelayanan; dan (iv) etika koordinasi yang baik dengan departement lain.
Ø  Pertama, etika menyambut tamu antara lain dilakukan dengan: (i) Sambut dan berikan respons kepada tamu secepatnya; (ii) Jika memungkinkan sapa tamu dengan menyebut namanya; (iii) Lakukan kontak mata dan tunjukkan ekspresi yang positif, senyum dan sapa para tamu dengan ramah dan sopan; (iv) Perlakukan semua tamu sebagai individu-individu; (v) Segera beri perhatian pada tamu; (vi) tunjukkan kepada tamu bahwa mereka adalah orang penting; (vii) Perhatikan barang-barang bawahan mereka; dan (viii) Arahkan tamu ke tempat registrasi.
Ø  Kedua, etika berkomunikasi menerima dan mengangkat telepon antara lain: (i) Menyebutkan salam; (ii) Menyebutkan tempat dimana kita bekerja; (ii) Menyebutkan nama (Dengan arinda disini); (iii) Menawarkan jasa (dapat dibantu); (iv) Mengucapkan kalimat yang jelas; (v) Bicara dengan jelas dan ringkas (hindari penggunaan jargon, pastikan lawan bicara paham dengan maksud anda, rencanakan tujuan panggilan, kontak yang tepat, siapkan informasi); (vi) Sopan (jangan mengangkat telepon dalam keadaan marah, sopan dalam bertutur kata,peka dengan nada suara lawan bicara,tersenyum, jangan berbicara sambil makan/merokok); (vii) Kendalikan Pembicaraan; (viii) Bicaralah dengan satu orang saja.
Ø  Ketiga, etika pelayanan yang baik dilakukan dengan (i) Dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap tamu yang bermacam sifat dan golongan serta bahasa dengan tidak membedakan pelayanan; dan (ii) Dapat menghindarkan kegagalan tugas pada setiap keinginan pribadinya sendiri.
Ø  Keempat, etika koordinasi yang baik dengan departement lain diantaranya: (i) Dapat mengikuti prosedur kerja dengan baik serta mentaati aturan yang telah ditetapkan oleh pimpinannya maupun perusahaan; dan (ii) Mempunyai kerjasama yang baik dengan rekan sekerja/petugas di bagian lain dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan yang baik.
Etika Para Personal Hotel
Etika para personel hotel yang perlu diperhatikan adalah (i) etika kepribadian; (ii) etika berpakaian seragam (Uniform); dan (iii) etika kebersihan badan/penampilan.
Pertama, etika kepribadian yang dilakukan antara lain: (i) kejujuran; (ii) kedisiplinan; (iii) dapat bekerja sama; (iv) “mampu menjual”. Kedua, etika berpakaian seragam (uniform) terdiri dari: (i) Jaga kebersihan dan kerapian pakaian seragam; (ii) Gunakan sepatu standart department, kaos kaki warna gelap untuk pria dan stocking warana kulit untuk wanita; (iii) Hanya diperbolehkan memakai jam tangan dan cicin kawin saja, khusus wanita boleh memakai anting sederhana; (iv) Persiapkan kelengkapan kerja seperti name tag, pena, dan buku catatan sebelum bekerja. Ketiga, etika kebersihan badan/penampilan antara lain: (i) Mandi dan sikat gigi secara teratur; (ii) Kuku harus pendek, jangan gunakan cat kuku; (iii) Untuk pria rambut harus pendek, rapi, tidak berjenggot, tidak berjambang, dan tidak berkumis; (iv) Untuk wanita rambut panjang diikat dan disisir rapi; (v) Warna rambut tidak boleh dicat/diwarnai. Keempat, etika perilaku/ kebiasaan antara lain: (i) Sopan dan ramah khususnya pada tamu; (ii) Gunakan bahasa yang baik; (iii) Cobalah mengingat kesenangan dari tamu (makanan, minuman, atau tempat duduk); (iv) Jangan menelantarkan tamu dan memperbaiki ucapan tamu; (v) Dilarang bersiul, mengunyah, merokok, bersandar, bergurau, dan berdiri berkelompok membicarakan masalah pribadi; dan (vi) Matikan handphone saat bekerja
Etika Mengundang Tamu Ke Hotel
Pada bagian ini diuraikan tentang (i) etika saat bertamu, dan (ii) etika bagi para tamu. Pertama, etika saat mengundang tamu hendaknya memperhatikan hal-hal berikut iniL (i) Hendaknya mengundang orang-orang yang bertaqwa, bukan orang yang fasiq; (ii) Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan orang-orang fakir; (iii) Undangan jamuan hendaknya tidak diniatkan berbangga-bangga dan berfoya-foya, akan tetapi niat untuk membahagiakan teman-teman/sahabat; (iv) Tidak memaksakan diri untuk mengundang tamu; (v) Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini bertentangan dengan kewibawaan; (vi) Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi tampakkanlah kegembiraan dengan kehadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah; (vii) Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang demikian itu berarti menghormatinya; (viii) Jangan tergesa-gesa untuk mengangkat makanan (hidangan) sebelum tamu selesai menikmati jamuan; (ix) Mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian.
Adapun etika bagi para tamu antara lain adalah: (i) Hendaknya memenuhi undangan dan tidak terlambat; (ii) Hendaknya tidak membedakan undangan orang fakir dengan undangan orang yang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang fakir merupakan pukulan (cambuk) terhadap perasaannya; (iii) Jangan tidak hadir sekalipun sedang berpuasa; (iv) Jangan terlalu lama menunggu disaat bertamu karena ini memberatkan yang punya rumah juga jangan tergesa-gesa dating karena membuat yang punya rumah kaget sebelum semuanya siap; (v) Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk tinggal lebih dari itu; (vi) Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurangan apa saja yang terjadi pada tuan rumah; (vii) Hendaknya mendoakan untuk orang yang mengundangnya seusai menyantap hidangannya.



1 komentar:

  1. Assalamualaikum wa rohmatulohi wa ba rokatuh ibu Rozi Yuliani, saya uci - tinggal di Kediri, Jawa Timur. Sy bersyukur menemukan artikel - artikel Anda. Mohon perbolehkan saya mengutip artikel _ artikel Anda ini untuk saya teruskan kepada para peserta program kursus perhotelan di tempat saya bekerja.

    Terimakasih banyak
    Semoga selalu sehat bersama keluarga, sukses & berkah.

    Wassalamualaikum wa rohmatulloohi wa barokatuh

    BalasHapus